Alihkan Saham Terus, Investor Lokal Bertindak: Analisis Proyeksi IHSG

.CO.ID - JAKARTA Investor asing tetap meneruskan kegiatan penjualan mereka di bursa efek domestic. Walaupun begitu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan kenaikan pada minggu lalu berkat aktivitas dari investor dalam negeri.
Pada hari Rabu (16/4), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyelesaikan sesinya dengan penurunan 0,65% hingga mencapai angka 6.400,05. Meskipun demikian, dalam rentang seminggu, IHSG mampu bertambah kuat sebanyak 7,24%, walaupun terhadap serangan penjualan agresif oleh investor mancanegara.
Sepanjang minggu ini, total penjualan bersih oleh investor asing di bursa saham telah menyentuh angka Rp 6,82 triliun. Kebanyakan aktivitas penjualan itu berlangsung di pasar perdagangan bebas, misalnya dalam kasus pembelian kembali saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang bernilai sekitar Rp 9 triliun.
Pada sisi lain, di pasar reguler, jumlah penjualan bersih asing mencatatkan angka sekitar Rp 2,6 triliun.
Pakar pasar uang dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, mengatakan bahwa penjualan asing disebabkan oleh dasar-dasar ekonomi Indonesia yang belum kuat dan ditambah dengan tekanan pada nilai pertukaran rupiah.
"Keuntungan modal dari investasi dalam rupiah cukup minim, bahkan bisa berujung pada kerugian ketika kita mempertimbangkan penurunan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," kata Budi.
Serupa dengan itu, Wakil Presiden Bidang Pemasaran, Strategi dan Perencanaan di Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mengungkapkan bahwa risiko premium untuk investasi di Indonesia, seperti yang terlihat melalui Credit Default Swap (CDS), tetap cukup tinggi.
Ini menyebabkan para investor asing lebih memilih untuk menjauh. Menurutnya, kenaikan IHSG selama beberapa hari terakhir masih belum cukup untuk merombak trend jangka panjang IHSG menjadi bullish.
Peran Investor Institusi Lokal
Dalam kondisi di mana penjualan asing mendominasi, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baru-baru ini diyakini disokong oleh investor lembaga domestik.
Dua lembaga utama, yaitu BPJS Ketenagakerjaan dan Taspen, diketahui telah memperbesar porsi investasi mereka di sektor bursa saham.
BPJS Ketenagakerjaan melaporkan bahwa proporsi investasinya dalam bentuk saham meningkat menjadi 6,81% sampai Maret 2025, dibandingkan dengan 6,41% pada Februari 2025. Mengelola dana senilai Rp 798,3 triliun, kenaikan alokasi tersebut diyakin akan memiliki dampak besar terhadap cairnya pasaran.
Budi Frensidy menyebutkan bahwa adanya jumlah yang signifikan dalam dana kelolaan dari BPJS serta Taspen dapat memberikan dorongan ekstra bagi indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurut perkiraannya, apabila kisaran antara 15% hingga 25% dari total aset yang mereka kelola dialokasikan ke dalam bentuk saham, hal tersebut pastinya akan memiliki pengaruh lebih kuat terhadap kondisi pasar.
Kepala Eksekutif Direktur Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo, menekankan bahwa hadirnya BPJS serta Taspen sangat berperan dalam memelihara stabilitas pasar.
"Keberadaan lembaga itu bisa mendukung kelancaran pasar dan berperan sebagai pengatur stabilitas jangka panjang," katanya.
Namun begitu, Praska menggarisbawahi bahwa peran investor luar negeri masih sangat signifikan dalam membentuk jalannya IHSG. Apabila penjualan oleh investor asing terus berlangsung, hal ini dapat menyebabkan IHSG cenderung untuk semakin merosot.
Untuk perkiraan sampai dengan akhir kuartal II tahun 2025, Praska mengestimasi bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berkisar antara 6.200 hingga 6.800. Di sisi lain, Budi memproyeksikan IHSG akan terletak pada jarak 6.500 hingga 6.800.
Tidak ada komentar untuk "Alihkan Saham Terus, Investor Lokal Bertindak: Analisis Proyeksi IHSG"
Posting Komentar